Saya baru pertama kali ini naik
MRT. Kalo busway Jakarta sih sudah sering. Bukannya ingin membanding-bandingkan
yang dimiliki Negara lain dengan Negara kita, namun perbandingan kadang perlu
agar tercapai kemajuan yang lebih sempurna (ahem :)).
Pertama, stasiun MRT Bangkok lebih terawat. Tangganya walau tidak sebening lantai yang baru disikat, tapi keamanannya terjaga. Ga ada yang reyot-reyot, bolong-bolong, atau berbunyi pas diinjak. Terlebih karena tangganya terbuat dari semen batu, bukan besi seng, Jadi untuk orang yang takut ketinggian seperti saya, tancap lah naik jembatan.
Kedua, pegawainya ramah dan siap
membantu. Saya dan keluarga pernah terkejut karena saat ingin lewat ‘gerbang
pemakan koin’ (tahu maksud saya kan), kami sempat dihardik dengan suara keras
oleh petugas stasiun laki-laki bertubuh besar. Saat itu memang kami sempat agak
linglung dan tak tentu arah harus kemana. Tapi ternyata sebenarnya petugas itu
bukan menghardik, melainkan bertanya pada kami. ‘Hardikan’ yang kami pikir itu,
ternyata memang karena sudah dari sana nya logat sang petugas yang seperti
logat Batak (ditambah pengucapan bahasa inggris mereka yang tidak kami mengerti,
jadi kami pikir dia marah-marah hhehe). Setelah dijelaskan dengan bahasa
tarzan, ba-bi-bu, dan bantuan dari sang ahli yang lumayan mengerti kami
(petugas ‘Batak’ itu akhirnya menyerah pada kami, dan memanggil temannya),
mereka tersenyum ramah kok sambil mengantar kepergian kami menuju ‘gerbang
pemakan koin’.
Ketiga, petugasnya disiplin dan
juga orang-orangnya. Di saat antri busway terasa begitu membahayakan (dorong
sana, dorong sini), antrian di
stasiun ini rapi. Tak ada satupun yang berniat dorong-dorongan (jujur saya
tidak tahu kalau jam sibuk, apa akan berbeda). Para petugas juga jeli dan
mengawasi satu persatu orang yang melintasi ‘gerbang pemakan koin’.
Oiya, MRT Bangkok menyediakan
sarana kartu dan koin untuk pengguna MRT. Kartu disediakan untuk pengguna yang
sering menggunakan MRT (jadi tidak perlu membeli setiap ingin naik, cukup pakai
kartu), sedangkan koin untuk yang sekali pakai (perlu dibeli setiap ingin naik
MRT).
Keempat, ketepatan waktu. Cuma
berdiri sebentar saja, MRT sudah datang menjemput. Jadi wajar kalau banyak yang
bergantung pada MRT ini, seperti anak sekolah, karyawan kantor, orang yang
janjian sama temannya hhehe.
Sebenarnya, busway di Jakarta juga
cukup mengagumkan kok. Saya tak perlu khawatir nyasar kalau sedang keliling-keliling
Jakarta, cukup minta abang angkot “ke halte busway terdekat, bang”; jalur
busway sudah tersedia di setiap stasiun. Petugasnya juga selama ini sebagian
besar ramah-ramah dan sangat membantu untuk orang yang “banyak nanya” dan “buta
arah” seperti saya. Jadi kita seharusnya cukup bangga dengan inovasi busway
ini, namun mungkin perlu beberapa perbaikan kecil yang jika diperbaiki, akan
lebih bersahaja busway kita :)
With my mom; waiting for the next MRT
Powered by Blogger.