Tujuan saya ke Bangkok yang paling
utama sebenarnya ingin melihat pertunjukan banci show yang dibicarakan orang-orang.
Ingin tahu, secantik apa banci disini, yang bahkan para lelaki yang biasanya ‘jijay’
sama banci pun ikutan merem melek. Tadinya saya berniat menonton Calypso
Cabaret yang memang dari dulu paling terkenal di Bangkok, namun supir taksi
yang merangkap penjual tiket tur-tur di hotel berbintang, menawari kami pertunjukan
baru, bernama Mambo Cabaret. Sama seperti Calypso, Mambo Cabaret ini juga
menampilkan banci-banci cantik melenggak-lenggok di atas panggung. Jadilah kami
terhasut dengan penawaran sang supir yang ternyata memang lebih murah harga
tiketnya hhehe. Sore-sore kami dijemput sopir taksi ramah yang ber-job ganda kemarin. Saat pertunjukan akan dimulai, kami memasuki
ruangan teater kecil yang penontonnya juga tidak terlalu banyak. Namun, ada kejadian yang
mengecewakan saya. Saat kami mencari nomor tempat duduk yang kami pilih sendiri saat
pembelian tiket, tempat duduk kami sudah ditempati orang lain. Akhirnya kami
memanggil petugas teater dan setelah diperiksa, nomor tempat duduk kami dan orang-orang tersebut sama !
Tidak mau terima, kakak perempuan saya marah-marah kepada petugas dan meminta
pertanggungjawaban. Laki-laki dan perempuan yang duduk di tempat itu pun cuek,
melihat kami berdiri di depan tempat duduk yang seharusnya juga milik kami. Sampai
akhirnya kami diminta mengalah dan diberikan tempat duduk yang lain. Sungguh,
saya benar-benar sangat kecewa dengan cara kerja mereka yang kurang
profesional. Bisa-bisanya ada nomor tempat duduk yang sama, dan saat kami
kebingungan dengan tempat duduk, tidak ada satu petugas pun yang datang untuk
membantu atau sekadar menawarkan bantuan, sampai akhirnya kakak saya harus mencari dan memanggil mereka. Kami
pun dibiarkan mengatung-ngatung berdiri di barisan tempat duduk tanpa dilayani
sampai kemudian kakak saya akhirnya meminta tempat duduk yang lain kepada petugas
tersebut dengan kesal.
Beberapa menit kemudian, acara
dimulai. Show nya jujur menurut saya biasa saja. Yang membuatnya menarik hanya
karena dimainkan para banci, tata panggung, serta kostum pemain yang berwarna-warni.
Mereka menari di atas panggung dengan tema dan lagu-lagu yang
berbeda-beda. Saya hanya menemukan 2 orang banci yang cantik luar biasa, yang mengingatkan saya pada personil girlband Korea. Usaha para banci tersebut patut dihargai. Terlihat mereka berusaha untuk tampil sebaik mungkin agar para penonton puas dan show mereka bisa lebih berkembang. Namun, ada satu hal yang
membuat saya menjadi kesal dan malas menonton pertunjukan. Diantara para banci
ada satu banci yang menjadi penari latar dan menari sangat ogah-ogahan. Mimik
mukanya malas-malasan dan seperti terpaksa tampil di panggung. Huh, saya kesal
sekali melihatnya. Parahnya, dia tampil di semua tema dan lagu. Penampilannya
‘menghancurkan’ semua penampilan para penari lain yang bagus dan sudah bersusah
payah memeriahkan pertunjukan. Kalau memang tidak mau menari, lebih baik tidak
usah tampil, daripada mengacaukan segalanya.
Setelah pertunjukan selesai, kami
semua berhambur keluar dan sibuk memilih banci mana yang akan kami ajak foto
bersama. Untuk berfoto bersama banci, kami membeli tiket seharga 50 Baht di
loket sebelum pertunjukan mulai. 1 tiket berlaku untuk satu kali foto. Tentu
saja, yang paling ramai dikunjungi adalah 2 orang banci super cantik yang saya
bilang tadi (saya juga ikutan hhehe). Setelah berfoto, kami memberikan tiket
itu kepada banci tersebut. Jadi disana semua banci bertujuan mengumpulkan tiket
sebanyak-banyaknya dari pengunjung (yang mungkin bisa ditukarkan uang oleh
mereka). Paling miris adalah banci yang kurang cantik dan para pemain pria nya
(ada juga pemain yang masih pria ‘tulen’). Mereka memanggil-manggil kami dan berusaha
membujuk untuk berfoto, karena jarang yang berfoto bersama mereka (artinya
tiket yang mereka dapat juga sangat sedikit). Usai keramaian jepret-jepretan, kami
dijemput kembali oleh si supir taksi sebelumnya. Kalau menurut mama saya, dia lebih
menyukai Calypso, karena lebih ada ceritanya. Namun, katanya kalau dilihat dari
bancinya jauh lebih ‘mendingan’ yang disini hhehe. :)
Mambo Cabaret
Mambo Cabaret
Mambo Cabaret (kanan: salah satu banci super cantik yang saya bilang!)
Sebelum pergi ke Bangkok, saya
diberitahu teman, bahwa saya wajib menonton pertunjukan bernama Siam Niramit.
Dia bilang, saya belum ke Thailand kalau belum pergi kesana. Wow, segitu hebatnya kah? Saya jadi makin penasaran. Karena selama ini, saya hanya mengenal pertunjukan yang
ada ‘banci-banci’ nya saja. Siam Niramit akhirnya masuk ke dalam trip list saya. Bagi backpacker atau traveler yang tidak suka berfoya-foya, mungkin harus berpikir panjang
untuk memasukannya ke dalam budget trip,
karena harganya yang menurut saya tidak murah. Kami memesan tiketnya via online seharga 1350 Baht.
Sore hari, kami sekeluarga naik MRT
menuju MRT Thailand Cultural Center Station, tempat dimana mobil penjemput
menunggu. Mobil jemputan termasuk dalam fasilitas yang diberikan bagi
pengunjung yang akan menonton pertunjukan Siam Niramit. Fasilitas ini termasuk
dalam harga tiket. Mobilnya jenis shuttle
bus, yang cukup untuk menampung 8-10 orang. Perjalanan ke tempat tujuan
agak lama karena kami sempat terjebak macet. Daerah tempat tujuan ternyata
merupakan daerah ramai yang dipenuhi mobil, terutama saat itu saat jam pulang
kantor.
Sesampainya disana, parkiran
didominasi bus-bus besar rombongan tur yang diisi para turis dari berbagai
daerah asal. Kami sampai lebih awal, sekitar jam 6 sore., dan kawasan masih
terlihat sepi. Kami menunggu beberapa jam sebelum acara. Namun, tenang saja.
Menunggu sama sekali bukan hal yang membosankan. Saat sampai, kami disambut
dengan seorang wanita cantik berpakaian budaya Thailand dan mengajak berfoto
bersama. Foto tersebut kemudian bisa kita beli setelah beberapa menit dicetak.
Lalu kita bisa juga berfoto bersama dengan wanita cantik yang berpakaian lebih
cantik dari yang menyambut kami dengan kedua temannya yang berpakaian
warna-warni dan menggunakan topeng. Untuk berfoto bersama mereka dengan
menggunakan kamera milik pribadi, kita cukup menyumbang secara sukarela.
Berfoto saat menunggu pertunjukan mulai
Setelah asik bernarsis-narsis ria dengan para wanita cantik, kami berkeliling ke dalam taman kecil yang ada disana. Tamannya cukup indah dan menenangkan pikiran. Semua pohon dan tanamannya diberikan keterangan, cukup membantu bagi saya dan keluarga yang rata-rata ‘buta’ soal tanaman. Di dalam taman, juga disuguhkan rumah-rumah di Thailand jaman dulu, dan didalamnya ada orangnya! Hhaha, mereka bukan menetap disitu, tapi memang mengajak pengunjung untuk masuk dan beraktifitas seperti membatik, menenun, atau sekadar berfoto ria. Setelah asik berjalan-jalan, tiba-tiba serombongan penari masuk te tengah-tengah kawasan dan menari dengan manisnya. Ditambah ada juga Hanuman (manusia yang berwujud kera) yang bergerak-gerak mengikuti para penari. Kalau masih kurang lengkap, ada juga gajah-gajah ramah yang menunggu untuk diberi makan atau dinaiki untuk mengelilingi kawasan tersebut.
Gajah-gajah ramah yang menunggu diberi makan
Pukul 8 malam, show akan dimulai.
Kami semua digiring masuk ke dalam ruangan seperti tempat pertunjukan teater. Dan
mulailah acara tersebut. Pertunjukan ini dimainkan oleh ratusan orang dengan
peralatan dan latar panggung yang menakjubkan! Sungguh saya speechless. Mulut tidak bisa berhenti
menganga dan berkata wow, wow dan WOW. Amazing!
Tiket seharga 1350 Baht benar-benar saya lupakan. Saya tidak berhenti
dikejutkan oleh rasa takjub saat menontonnya. Cerita pertunjukan berkisah
seputar tentang budaya awal Thailand dan ajaran-ajaran yang dianut masyarakatnya.
Sayangnya, selama pertunjukan berlangsung, penonton dilarang mengambil gambar
(kamera wajib dititipkan di tempat penitipan yang tersedia). Saya setuju dengan
hal ini dan berniat tidak menceritakannya secara detil, karena itu mungkin
dapat mengurangi rasa takjub Anda saat menontonnya. Saya sendiri benar-benar
menikmatinya karena dari awal, tidak mencari tahu detail show nya. Pokoknya
benar-benar GA NYESEL ! :)
#Catatan : Selesai pertunjukan,
segeralah cepat-cepat keluar dan menuju parkiran. Karena mobil jemputannya
bersifat ‘siapa cepat dia dapat’. Kita bisa naik mobil jemputan yang berbeda
dari awal berangkat dan dalam beberapa menit saja, mobil langsung penuh dengan
orang-orang. Kalau semua sudah penuh atau ketinggalan, bisa tidak dapat dan
terpaksa naik transportasi umum sendiri.
Shuttle bus akan menurunkan
penumpang di MRT Thailand Cultural Centre Station.
Powered by Blogger.